Seperti mengenggam seciduk air di tangan
Jangan marah jika ia merembes lari tiada sisa
Bukan wujud yang dimiliki
Tetapi rasa yang diciptakannya

Sama saat kita sombong untuk bermain api
Tak mampu di genggam kecuali kau pegang biang
Minyak ditangan namun zat nya lah yang mampu dirasakan
Kurasa kita pun tak jauh berbeda seperti air dan api
Bila tak mampu memiliki, cukuplah untuk memberi arti

Merasa dan terus mencari apa yang bisa meninggalkan jejak
Bukan sekedar mencantumkan sepotong nama
Atau membuat mereka ingat akan arti jasa
Tapi hiduplah lebih dari meninggalkan sebuah rasa
Rasa yang membuat mereka lebih baik,
Saat atau tidak bersama

Oleh : Dewi Chairani
0

Inginku menangis didepan semua
agar sakit enyah dari sini

inginku mengunyah setiap luka
agar bahagia kujumpa

saat semuanya terasa sesak
inginku mengadu pada segala
segala yang katanya akan ada disisi

saat bibir ini memanggil setiap nama
saat itu pula mereka membenci

dan itu aku berpikir
menangis dalam diam lebih sempurna
sendu dipelukan angin lebih hangat
sendiri aku lebih baik

aku lebih suka sendiri

oleh :Meiliana Lee
0

Aku patung
karena semua puisi telah di tulis orang
dan jari tangan tak berkaki untuk menginjak tombol-tombol
atau sekadar menapaki kertas putih

padahal cerita-cerita
orang-orang digusur lumpur
rumah sakit hilang pintu
kedelai jadi alien
lampu tukang tidur
nasi takut digigit
hingga
pembual pamer nomor pilih
menggantung bugil di bulu mata
tetapi aku tetap jadi patung
karena semua puisi nantinya dikunyah peti mati

oleh : Tedy Wahyudy P
0

Kubayangkan engkau menepuk kesunyian
di malam-malam yang jauh
mengingat segenap percakapan
lalu komputer itu terus menyala
kalimat-kalimat merangkak
menelusup di tengah kepala mu
dunia terbentang luas
barisan pohon mahoni juga angsana
rindang dan teduh
membuatmu ingin singgah dan rebah disana

tapi jarum jam terus berputar
ketika kau sadar, jika di luar begitu banyak terjal batu
orang-orang berteriak cemas
beriringan penuh amarah
sembari membakar ban-ban bekas
kota penuh dengan kepulan asap hitam
napas yang memburu marathon berlari
ketakutan melayang seperti selembar daun kering
terjatuh remuk dan menyatu tanah

komputer belum kumatikan
rangkaian peristiwa acap menyergap
tak bisa ku singkirkan.

oleh : Alex R N
0

Aspal yang licin mulai terkelupas
jalanan itu bagaikan ampas
ah, pohon-pohon kapas
menjelma menjadi kapuk yang keras

Bukan aku pelakunya
aku hanya melewatinya

Jalanan itu kini sepi
yang kaya tidak sudi
yang miskin tak ingin peduli

Meskipun tak lagi mulus
AKu akan melewatinya

oleh : Meina
0

Ku lari ke hutan, kemudian menyanyiku
Ku lari ke pantai, kemudian teriakku
Sepi-sepi dan sendiri
Aku benci
Aku ingin bingar,
Aku mau di pasar
Bosan Aku dengan penat,
Dan enyah saja kau pekat
Seperti berjelaga jika Ku sendiri
Pecahkan saja gelasnya biar ramai, 
biar mengaduh sampai gaduh,
Ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang di tembok keraton putih,
Kenapa tak goyangkan saja loncengnya, biar terdera
Atau aku harus lari ke hutan lalu belok ke pantai?


oleh : Rako Prijanto

1

Aku masih belajar mengeja bulan bulat purnama
kau lukis pada kanvas dalam batinku
sebelum kutakik terjal jalan pencarian

bulan itu menyimpan retakan tipis, sesuatu meleleh dari sana
cakrawala yang dahaga menyerap lelehan itu
membentuk kabut menutupi jalan setapak
malam mengembang keyika aku melintasi bukit-bukit
membaluri rumah-rumah dengan gelapnya kesunyian
dan bermuara di hatiku sebagai resah perjalanan

aku masih belajar mengeja bulan bulat purnama
tetapi yang kupahami cuma jejak-jejak sunyi
yang meruncing, di penghujung musim
lenguh senja berbaring, rangkak waktu berderak
sungguh, aku tak mengerti

oleh : B.P.Hatees
0

Tak ada alasan untuk mengelak
ketika rindu dan kenangan bertatapan
seperti mengejar anak-anak hujan 
terkadang bahagia kala basah 
atau mengigil bila kuyub usai
sepi adalah hujan, dan pelangi tak lain hanya kenangan 

Katanya, rindu diciptakan Tuhan
agar sepasang yang berjahuan tidak saling melupakan
ketulusan sapa, mampu membahagiakan jiwa 
riang menapaki hari baru yang ada
kenangan adalah caraku menamai 
untuk setiap detik masa silam kita

Biarkan rindu ini perlahan sirna dengan cara paling rahasia
serahasia kata-kata yang tak mampu diterjemahkan air mata
bagiku rindu seperti secangkir kopi
selalu ada sisi pahit dalam setiap manisnya pertemuan
hamparan rindu lubariskan di penghujung pagi
satu persatu memasuki ruang hampa 
tanpa jeda yang kita namai cinta.

oleh : Jeffry Shandy Lee
0

Langkah ringan berarak
Menembus waktu mengukur jarak
Membagi beban dengan gerak 

Ketika mentari mulai terik
Ketika peluh mulai menitik
Ketika jemantik rajin menggelitik

Satu mata mencari sudut
Mengukur jarak dengan tepat
Membuka difragma secara akurat

Klik ... Shutter bersuara

Susah payah berusaha
Tak kenal menyerah
Terus berkarya


oleh : www.fotografer.net
0
Puisi Fotografi. Powered by Blogger.